Muncikari, Tante Dolly Mungkin Bingung, Tetapi Senang
Oleh: Dhimam Abror DjuraidKalau saja ada asosiasi pekerja seks komersial, mungkin akan ada divisi pekerja seks komersial digital yang jumlah anggotanya jauh lebih banyak dibanding pekerja seks komersial konvensional.
Dolly-dolly virtual sekarang bertebaran di dunia digital. Pekerja yang terlibat dalam bisnis itu meluas sampai ke kalangan artis dan selebritas. Kalau dahulu tarif Dolly hanya Rp 30 ribu, sekarang tarif Dolly virtual bisa puluhan juta.
Seorang artis seperti VA bertarif Rp 75 juta ketika tertangkap basah di Surabaya pada 2019.
Seorang selebritas Instagram berinisial TE ditangkap di Semarang (20/12) karena ketahuan menyambi prostitusi online. Dia ditangkap basah sedang melayani kliennya di sebuah kamar hotel. Bersamanya ditangkap juga seorang perempuan disc jockey berkewarganegaraan Brasil yang juga menyambi menjadi prostitusi digital.
Fenomena prostitusi online yang melibatkan selebritas seperti VA dan TE makin banyak terjadi. Bisnis ini menjadi bisnis sampingan yang menggiurkan karena hasilnya yang begitu besar.
Selain itu, risiko bisnis ini kecil atau hampir tidak ada, karena aparat tidak menetapkan si prostitute sebagai tersangka. Dalam kasus TE aparat malah melindunginya sebagai korban perdagangan manusia. Dalam kasus TE yang ditetapkan sebagai tersangka adalah seorang laki-laki berinisial JB yang diduga bertindak sebagai muncikari.
Di alam kubur, mungkin, Tante Dolly bingung. Pelacur tidak ditangkap, tetapi para muncikari dikejar-kejar sebagai pesakitan.
Namun, Tante Dolly mungkin tersenyum senang, karena bisnis rintisannya makin berkembang besar. (*)