Nesha Kannama Ichida dan Kevin Hendrawan, Perwakilan Indonesia untuk Ekspedisi ke Kutub Utara
Ekspedisi Bersama Peneliti dan Ilmuwan NASA”Rencananya dari tujuh negara akan dipilih 10–12 pemuda untuk berangkat ke Kutub Utara. Negara-negaranya adalah Filipina, Tiongkok, India, Singapura, Jerman, Australia, dan tentunya Indonesia,” jelas Nesha.
Kebanggaan juga makin menjadi saat tahu nanti mereka bergabung dengan para peneliti dan ilmuwan dari NASA yang selama ini melakukan penelitian di Kutub Utara. Bagaimana tidak, jika biasanya program ekspedisi ke Kutub Utara hanya bisa dilakukan para senior yang memiliki keahlian tertentu, kini mereka bisa merasakannya sendiri. Bedanya, hasil penelitian para ahli akan berupa jurnal dan sejenisnya. Hasil penelitian para pemuda itu akan berupa laporan langsung lewat media sosial.
Selain bangga, mereka diliputi rasa deg-degan yang makin menjadi. Setelah terpilih jadi pemenang, yang terlintas dalam benak Nesha dan Kevin adalah bagaimana bisa bertahan di Kutub Utara yang kondisinya tidak bisa mereka bayangkan.
”Medannya itu sama sekali tidak kami ketahui. Tapi, justru itulah yang menjadi tantangannya. Kami harus melakukan persiapan yang betul-betul matang,” ujar Kevin yang lahir di Purwokerto pada 21 Juni 1992 itu.
Sebelum berangkat ke Kutub Utara pada 16 Agustus mendatang, Nesha dan Kevin dipertemukan dengan pemuda lainnya di Jerman. Di sana mereka juga akan menjalani pre training untuk mematangkan persiapan ekspedisi ke belahan bumi paling utara itu.
Selain pembekalan secara teori, fisik mereka pun terus digenjot. Kevin mengatakan, para peserta ekspedisi nanti masuk freezing room yang suhunya disesuaikan dengan kondisi Kutub Utara untuk membiasakan tubuh dengan kondisi di Kutub Utara.
Sebenarnya Nesha dan Kevin sudah pernah merasakan suhu yang lebih dingin daripada suhu Kutub Utara sekarang di -10 derajat Celsius. Nesha pernah merasakan dinginnya suhu -18 derajat Celsius di Beijing. Sedangkan Kevin pernah hampir membeku di Korea dengan suhu -17 derajat Celsius. Namun, kondisinya berbeda. Mereka merasakan suhu sedingin itu di kota besar. Jika merasa sudah terlalu dingin, mereka tinggal masuk toko atau restoran yang dilengkapi penghangat ruangan.
”Nah, kalau di sana kan tidak seperti itu. Tidak ada toko atau restoran yang bisa dimasuki. Belum lagi, suhu itu bisa lebih rendah lagi saat malam tiba,” tutur Kevin yang terlihat meringis membayangkan dinginnya Kutub Utara.