Ngobrol dengan Gwendoline Christie, si Brienne of Tarth
Kamu pernah cerita bahwa kamu di-bully di sekolah gara-gara fisikmu...
Ya, karena aku sangat tinggi dan sosokku maskulin. Aku tidak memenuhi standar sebagai cewek yang cantik. Tokoh Brienne membantuku menerima diriku yang sebenarnya.
Bagaimana bisa?
(Memerankan Brienne) adalah gabungan dari keinginanku untuk lari dari segala narasi yang ditimpakan padaku sejak sekolah (saat aku di-bully bertubi-tubi), dengan kecintaanku pada segala sisi artistiknya. Orang-orang yang mengenalku nggak paham kenapa aku kepingin sekali dapat peran itu. Mereka lihat Brienne bertarung, badannya yang besar, dan fakta bahwa dia adalah karakter yang jelas-jelas dibilang ugly. Tapi, aku bangga membawakan peran ini. Ini adalah capaian pribadiku sebagai profesional.
Di season 8 ada perang besar. Apakah latihannya bertambah berat?
Aku punya banyak adegan pertarungan favorit. Misalnya melawan The Hound (diperankan Rory McCann) di season 3. Kami berlatih dua bulan, tiga atau empat hari sepekan, enam hingga delapan jam sehari. Pedangnya seberat pot kembang. Dan kami syuting di sebuah lereng gunung di Islandia, di tengah cuaca ekstrem. Kayaknya kalau sudah melalui semua itu, tidak ada lagi yang tak bisa kulalui, hahahahahaha! Bercanda.
Brienne punya fan base tersendiri. Salah satu yang ngefans banget sama dia adalah Madonna. Kalian kini berteman. Bagaimana ceritanya?
Waktu aku nonton konsernya di Sydney, Australia, dia mengundangku naik ke panggung, hahaha! Aduh, itu abstrak banget. Aku sudah ngefans Madonna sejak umur 8 tahun! Aku ingat mendengarkan lagu-lagu seperti Like A Virgin. Aku pake beads, baju-baju lucu, dan berpikir, aku pengin nge-dance dengan Madonna. Dan akhirnya, seribu tahun kemudian, itu benar-benar terjadi. (*/c19/na)