Niat Meliput Kongres, WR Supratman Malah Jadi Bintang Sumpah Pemuda
Melihat itu, Supratman coba-coba mendekat. Di luar dugaan, dia dipersilahkan bergabung. Sugondo menyatakan dirinya mendapat kabar dari Tabrani tentang lagu kebangsaan yang dibuat Supratman. Dia meminta Supratman memainkan lagu itu di Kramat 106.
Supratman pandai pula merendah. Itu lagu biasa saja, bukan lagu kebangsaan, katanya. Dan Sugondo cs kompak menyatakan mereka yang akan mengakui lagu itu sebagai lagu kebangsaan. Mereka juga berjanji akan berdiri sebagai tanda hormat saat lagu itu disenandungkan. Supratman pun angkat janji, lagu akan dibawakannya saat ada momen penting di Kramat suatu hari nanti.
Di samping perbincangkan mengenai lagu yang baru saja digubahnya, kesempatan langka itu dimanfaatkan Supratman yang seorang wartawan untuk menggali informasi tentang gerakan pemuda.
Sugondo cs menceritakan, bahwa gerakan mereka hanya melanjutkan apa yang sudah dimulai para seniornya saat kongres pemuda pertama, yakni mewujudkan gagasan persatuan Indonesia.
Berapa waktu kemudian, saat ada rapat pemuda di Kramat pada bulan Agustus 1926, Supratman dipersilahkan hadir sebagai pendengar.
Apa yang dibicarakan dalam rapat, muncul di koran Sin Po, edisi 15 Agustus 1926. WR Supratman cukup detail memberitakan kemajuan gerakan pemuda paska Kongres Pemuda I.
Dia pikir dia sudah dapat kunci masuk ke kelompok bawah tanah pemuda. Ternyata tidak.
Suatu hari pada akhir Agustus 1926, Supratman melihat Sugondo cs sedang berkumpul di Kramat. Ada M. Yamin pula di sana. Berharap akan dapat berita bagus, begitu dia mendekat dan siap-siap melontar tanya, eeh....rombongan itu bubar meninggalkannya sendiri.