Nihi Sumba
Oleh Dahlan IskanDi saat Bobby remaja sang ayah lebih banyak tidak di rumah. Urus kebun cokelat di Sumba.
Setiap pulang hanya marah-marah. Sering sampai menempelengnya. ”Pokoknya saya benci sekali pada ayah,” katanya.
Setelah tujuh tahun terpisah Bobby kembali ke Kupang. Pendidikannya sudah tinggi. Sudah ditambah sekolah di Belgia.
Bobby sudah lebih dewasa. Ayahnya juga sudah lebih tua. Kebun cokelatnya sudah jalan. Tidak harus lagi sering ke Sumba.
Tapi tiba di Kupang Bobby melihat ayahnya bertengkar dengan ibunya. Soal perusahaan yang merugi.
Bobby membela ibunya. Sampai diitempeleng oleh ayahnya.
Kebencian pada sang ayah muncul lagi. Kali ini ia lawan ayahnya itu.
Lalu Bobby lari ke kamar: menangis. Sesenggukan. Di atas tempat tidurnya. ”Biar pun ayah salah tidak seharusnya saya tadi melawan ayah,” katanya dalam tangisnya.