Nissa dan Ibang Patut Diacungi Jempol
Menurut Nissa, cara itu sudah lama dipraktikkan keluarganya sejak kakek-neneknya masih hidup. ’’Tanpa bahan kimia, mereka bisa. Tanamannya tumbuh subur,’’ ujarnya.
Terbukti, hingga saat ini, Pesantren Ath Thaariq masih memiliki benih tanaman organik seperti labu kiku, labu air, bayam paris, bayam rambat, kenikir, baligo, tomat cherry merah, tomat terendel, tomat kembang, sorgum, bunga rosela merah, bunga rosela hitam, dan emes.
Ada pula ruku-ruku, padi ciherang, padi rojolele, padi sarinah, padi sanggarung, beras merah, cengek japlak, cengek gunung, cengek domba, serta cabai bali.
Semua bibit itu bisa ditanam dan tumbuh subur di lahan pertanian Pesantren Ath Thaariq. Bahkan, kualitas beras yang dihasilkan dari tangan-tangan santri sangat baik.
’’Kami kombinasikan berbagai bibit, kemudian kami tebar sehingga saling menguatkan,’’ jelas Nissa.
Dari hasil pertanian itulah bahan pangan untuk keluarga Pesantren Ath Thaariq bersumber.
Mereka tidak pernah risau ketika harga cabai melambung tinggi, tidak juga takut kekurangan beras. ’’Kami bebas merdeka dari kesulitan pangan,’’ ujar dia bangga.
Di samping punya bibit dan hasil pertanian berkualitas, produk olahan yang mereka buat lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga pesantren. Selain teh herbal Nusantara, ada garam herbal dan gula kristal herbal dan magic tea.