No Day
Oleh: Dahlan IskanDua tiga kali Rosita menanyakan kemantapan sang suami atas pilihan nama Veddriq Leonardo, tetapi Sumaryanto menjawab: sudah mantap.
Dia ingin anak lakinya itu jadi pemain sepak bola yang terkenal, apalagi anak keempatnya ternyata wanita lagi.
Di pinggir sungai Kapuas itu tertancap tonggak kayu. Tinggi. Terlihat dari teras rumahnya. Tonggak itu diperlukan untuk mengikat kapal-kapal kayu. Sungai Kapuas adalah sungai terlebar di Indonesia. Kapal-kapal hilir mudik membawa barang dan orang.
Bagi Veddriq-kecil, tonggak itu untuk dipanjat. Setelah sampai atas dia bisa terjun ke sungai. Dia harus cepat-cepat memanjat kayu itu lagi. Sebelum anak yang lain mengambil alih. Itulah permainan Veddriq-kecil bersama teman-temannya di Gang Harapan.
Sang ayah bercerita: Veddriq-kecil suka memanjat apa saja. Saat mulai bisa berjalan, semua meja kursi di rumah itu dipanjat. Dia lebih suka berjalan di atas sandaran kursi daripada di lantai.
Setelah agak besar Veddriq suka memanjat pohon. Yang paling dia suka adalah memanjat pohon jengkol di depan rumahnya. Pohonnya besar. Tinggi. Pohon itu kini tidak ada lagi. Ditebang. Yakni saat di sebelah ruang tamu harus dibangun kamar tidur.
Di kamar depan bekas pohon jengkol itulah Sumaryanto dan istri tidur. Kamar di belakang ruang tamu untuk Veddriq. Kamar lainnya untuk kakak dan adik Veddriq.
Rumah itu mirip ukuran tipe 70. Tiga kamar tidur. Dapurnya di bagian belakang. Kursi-kursi di ruang tamu semua kursi kayu berukir.