NU Butuh Pemimpin yang Mampu Membaca Tanda Zaman
“Hal ini dibutuhkan karena pada era digital sekat-sekat negara dan wilayah telah runtuh hingga berbagai macam paham atau ideologi dapat masuk dan merusak tatanan masyarakat. Opini dapat mudah dan cepat dibangun dalam media sosial hingga dapat mudah merusak suatu sistem yang telah lama tertata ini dibuktikan dalam kasus Arab Spring,” ujar Benny.
Menurut Benny, kemampuan persuasi dalam era digital merupakan hal yang utama dimiliki oleh mereka yang ingin bertahan dan berkembang termasuk NU dan pemimpinnya.
Sebab, NU perlu memenuhi ruang publik dan ruang digital dengan berita-berita dan informasi tentang NU hingga NU dapat tetap menjadi jangkar perdamaian negara bahkan lebih jauh jangkar perdamaian dunia.
“NU sebagai jangkar perdamaian khususnya sangat dibutuhkan saat ini dalam menghadapi eksklusivitas dan ekstrimisme kelompok yang makin meluas dan berkembang dengan memanfaatkan pandemi sebagai alasan bahwa eksklusivitas dan ekstrimisme adalah satu satunya jalan penyelamat,” kata Romo Benny.
Benny berharap NU mampu memberi sumbangan bagi perdamaian dunia dengan menjaga dan menghormati inklusifitas di seluruh dunia sehingga nilai-nilai Islam yang damai dan universal serta ideologi Pancasila sebagai identitas bangsa dan NU mampu terbumikan dengan baik dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dunia.
Benny berharap semangat Gus Dur sebagai bapak demokrasi dan bapak pluralisme Indonesia mampu dapat diteruskan oleh pemimpin baru NU.
Menurut Benny, pemimpin baru NU dalam membaca tanda-tanda zaman diharapkan tidak hanya sekadar menghargai perbedaan pendapat dan pandangan, namun juga dapat berperan sebagai pemimpin yang dapat memperkuat ekonomi masyarakat bawah dengan memaksimalkan jaringan kemasyarakatan NU dan mengembangkannya secara digital dan modern.
Dengan demikian, warga NU dapat memaksimalkan potensinya dalam mengembangkan ekonomi sehingga kesejahteraan seluruh warga NU dapat dicapai.