Nyali Besar
Oleh: Dahlan IskanTanah yang mengandung emas, tembaga, dan timah itu dikeruk dari pegunungan Papua tidak jauh dari Tembaga Pura. Tanah tersebut "dicuci" di dekat Timika. Tanahnya dibuang di dekat Timika. Konsentratnya dikirim ke smelter untuk dipisah-pisah mana emas, mana tembaga, mana timah.
Sudah sejak 60 tahun lalu konsentrat itu dikirim ke luar negeri. Dimasukkan smelter di luar negeri. Di Jepang dan lain-lainnya.
Baru di era Presiden Jokowi Freeport bisa ditekan agar harus mengolah konsentratnya di dalam negeri. Lalu Freeport memilih lokasi di JIIPE, Gresik.
Begitu besarnya smelter Freeport di Gresik itu sampai bisa mengolah 1,7 juta ton konsentrat setahun.
Pemerintah pun melarang Freeport mengekspor konsentrat. Seperti juga melarang ekspor nikel ore.
Tentu smelter-smelter di luar negeri yang selama ini mendapat bahan baku dari Papua menjerit setengah mati. Mereka pun rebutan bahan baku dari mana pun yang masih bisa didapat.
Kini persoalan muncul: dengan berhentinya smelter Freeport di Gresik bagaimana dengan konsentrat yang dihasilkan Freeport Papua?
Tentu Freeport minta dispensasi: agar selama smelternya belum berproduksi diperbolehkan ekspor konsentrat.