Oh Indahnya...Band Gereja Kolaborasi dengan Grup Rebana
Mereka bahu-membahu membuat ogoh-ogoh. Bahkan, pemuda Islam dan Kristen tidak segan jika dimintai tolong untuk membawakan boneka raksasa yang biasanya diarak keliling desa pada malam sebelum perayaan Nyepi.
Menurut Khusyairi, hingga saat ini munculnya tiga agama di Desa Balun masih menjadi misteri. Pria kelahiran 16 Juli 1969 itu menyebutkan, beberapa tahun lalu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lamongan sempat membuat kajian tentang asal usul Desa Balun.
”Tapi, sampai sekarang hasilnya belum tahu. Jadi, sejarah mengapa ada tiga agama di Balun masih seputar informasi dari mulut ke mulut,” tutur dia.
Namun, berdasar cerita yang berkembang, konon dulu seluruh masyarakat Balun beragama Hindu. Sampai akhirnya Balun dijadikan tempat persembunyian Sunan Tawang Alun atau yang akrab disebut Mbah Alun.
Dia adalah raja Blambangan yang juga merupakan murid Sunan Giri IV. Selama berada di Balun itulah, Mbah Alun kerap mengajari warga mengaji. ”Dari situ, beberapa warga Balun mulai memeluk Islam,” tutur Khusyairi.
Sementara itu, munculnya Kristen di Balun, terang dia, bermula dari seputar peristiwa G 30 S/PKI. Suasana Balun, seperti juga di banyak sudut Indonesia saat itu, mencekam. Kemudian, datanglah prajurit Angkatan Darat yang bernama Pak Bathi. Dia mencoba menetralkan suasana dan berhasil.
Oleh warga Balun, Pak Bathi yang pemeluk Protestan itu lantas diangkat menjadi kepala desa. Beberapa warga yang merasa berutang budi akhirnya mengikuti agama yang dianut Pak Bathi tersebut.
”Pak Bathi tidak pernah memaksa warga Balun untuk masuk agamanya. Yang ada, Pak Bathi justru berpesan agar warga Balun tetap rukun meski beda agama,” terang Khusyairi.