Ojo Kesusu, Ojo Keliru
Oleh: Dhimam Abror DjuraidBen Anderson dalam bukunya ‘’Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia’’ (1990) mengupas tuntas konsep kekuasaan dalam perspektif budaya Jawa.
Konsep Kuasa dalam budaya Jawa berbeda dengan konsep yang berkembang di Barat.
Konsep Barat tentang kekuasaan merupakan suatu abstraksi yang memaparkan hubungan-hubungan sosial, kekuasaan dipercaya sebagai sesuatu yang diturunkan dari berbagai sumber, kekuasaan juga tidak memiliki batasan, dan secara moral kekuasaan bersifat ambigu.
Dalam konsep Jawa, kekuasaan adalah sesuatu yang nyata, homogen, jumlah keseluruhan tetap, dan kekuasaan tidaklah mempertanyakan legitimasi.
Dalam tradisi Jawa ada du acara untuk memperoleh kuasa, yaitu melalui tradisi ortodoks dengan tapa laku untuk menyeimbangkan diri dengan kekuatan alam semesta misalnya bermeditasi di hutan atau di tempat terpencil.
Power dalam bahasa Inggris, oleh Anderson diterjemahkan sebagai Kuasa dengan K besar dan kasekten dalam bahasa Jawa—bisa juga didapat melalui tradisi heterodoks.
Dalam tradisi ini, Kuasa didapat dengan cara pengacau-balauan indera secara sistematis seperti mabuk, mengumbar seks, dan pembunuhan ritual.
Tradisi heterodoks lebih ke tujuan untuk berkonsetrasi tanpa gangguan karena telah menuntaskan gairah-gairah yang tersimpan.