Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Ojo Kesusu, Ojo Keliru

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Jumat, 26 Agustus 2022 – 18:38 WIB
Ojo Kesusu, Ojo Keliru - JPNN.COM
Presiden Joko Widodo menyapa massa saat kegiatan relawan "Komunitas Sapulidi" bertajuk "2024 Satu Komando Ikut Pak Jokowi" di Stadion Gelora 10 November Surabaya, Minggu (21/8/2022) petang. ANTARA/Umarul Faruq.

Ben Anderson dalam bukunya ‘’Language and Power: Exploring Political Cultures in Indonesia’’ (1990) mengupas tuntas konsep kekuasaan dalam perspektif budaya Jawa. 

Konsep Kuasa dalam budaya Jawa berbeda dengan konsep yang berkembang di Barat. 

Konsep Barat tentang kekuasaan merupakan suatu abstraksi yang memaparkan hubungan-hubungan sosial, kekuasaan dipercaya sebagai sesuatu yang diturunkan dari berbagai sumber, kekuasaan juga tidak memiliki batasan, dan secara moral kekuasaan bersifat ambigu. 

Dalam konsep Jawa, kekuasaan adalah sesuatu yang nyata, homogen, jumlah keseluruhan tetap, dan kekuasaan tidaklah mempertanyakan legitimasi. 

Dalam tradisi Jawa ada du acara untuk memperoleh kuasa, yaitu melalui tradisi ortodoks dengan tapa laku untuk menyeimbangkan diri dengan kekuatan alam semesta misalnya bermeditasi di hutan atau di tempat terpencil. 

Power dalam bahasa Inggris, oleh Anderson diterjemahkan sebagai Kuasa dengan K besar dan kasekten dalam bahasa Jawa—bisa juga didapat melalui tradisi heterodoks. 

Dalam tradisi ini, Kuasa didapat dengan cara pengacau-balauan indera secara sistematis seperti mabuk, mengumbar seks, dan pembunuhan ritual. 

Tradisi heterodoks lebih ke tujuan untuk berkonsetrasi tanpa gangguan karena telah menuntaskan gairah-gairah yang tersimpan. 

Soal suksesi kepresidenan 2024, Jokowi selalu memakai idiom Jawa. Dia memakai narasi ojo kesusu di depan Projo. Di Surabaya Jokowi memakai narasi ojo keliru.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close