Okwi Food dan BRIN Teken MoU untuk Dorong Ekspor Produk Kuliner Indonesia
“Permintaan agar menu Kepala Manyung dan aneka ikan ini dari para pelanggan sangat banyak. Namun karena ini bumbunya mangut dan bersantan, tentunya ngga bisa tahan lama sekali pun pengiriman dalam negeri karena hanya bisa tahan 10 jam, tetapi dengan maklon ini kuliner bisa tahan hingga 1 tahun,” ujarnya.
Meskipun sepertinya mudah, ada beberapa persyaratan yang diberikan oleh BRIN dalam rangka pengalengan produk kuliner. Semua jenis kuliner yang dimaklon tidak boleh ditambahkan MSG atau penguat rasa. Selain itu juga tidak boleh diberikan pengawet tambahan.
“Dengan teknologi BRIN produk kuliner bisa awet tanpa perlu ditambahkan bahan pengawet," kata Arwanto.
Plt Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN Mego Pinandito kembali mengajak para pelaku UMKM Indonesia untuk memanfatkan riset BRIN agar kuliner dapat dikemas dengan kaleng tanpa menggunakan bahan pengawet dan tidak cepat basi.
“Ini adalah salah satu keinginan BRIN sebagaimana arahan Kepala BRIN yakni agar hasil riset dan inovasi yang ada di BRIN dapat bermanfaat untuk masyarakat dalam berbagai bentuk,” katanya.
Salah satu bentuk inovasi yang dilakukan BRIN dalam bentuk paten, yakni paten pengemasan dengan kaleng yang isinya beragam. Setelah menggunakan paten pengemasan maka makanan atau kuliner akan menjadi awet tanpa menggunakan bahan pengawet apa pun.
Bahkan, lanjut Mego, hal ini berbeda dengan cara membuat bahan makanan yang hanya cukup menjadi awet saja. Jika sebelumnya orang tahunya kalau makanan dalam kaleng, misalnya daging, daging saja atau ikan, ikan saja.
Namun, sekarang akan ada terobosan kuliner khas Indonesia yang sudah menjadi kuliner olahan siap saji seperti gudeg, empal gentong, mangut manyung, rawon yang berkuah serta rendang sangat mungkin untuk disajikan dalam kemasan kaleng.