Onar
Oleh Dhimam Abror DjuraidSelama ini perdebatan yang terjadi sekadar debat wacana yang berbuih-buih. Memang terlalu dini untuk menganggap gerakan tiga periode sebagai gerakan yang serius. Konstelasi politik nasional sekarang ini terlalu complicated untuk memuluskan jalan Jokowi menjadi tiga periode.
Namun, tanpa gerakan oposisi yang efektif para oligark politik bisa saja mencapai kesepakatan dengan saling berbagi konsesi dan komposisi.
Partai-partai politik tidak berhasil menjadi artikulasi oposisi yang efektif karena sudah menjadi bagian dari kekuasan. Anggota DPR yang dipilih oleh rakyat terputus dari keterwakilan karena rata-rata terpilih karena sistem ‘beli putus’.
DPR tetap ada, tetapi keterwakilan rakyat sudah tidak ada. Dalam bahasa Alain Badiou, DPR mencerminkan adanya presensi tanpa representasi.
Presensi mereka bukan merupakan representasi dari aspirasi rakyat pemilih. Presensi mereka mewakili kepentingan mereka sendiri.
Oleh karena itu, tawaran perpanjangan masa keanggotaan DPR beberapa tahun lagi setelah 2024 akan sangat mudah mendapat dukungan dari para anggota parlemen. Salah satu poin dalam proposal tiga periode adalah perpanjangan masa jabatan anggota DPR. Tawaran ini menggiurkan karena bisa tetap bertahan menjadi anggota tanpa harus keluar biaya lagi untuk beli putus suara pemilih.
Partai-partai politik dan ratusan anggota DPR itu ada disana. Presiden dan kabinet ada di sana, tetapi mereka hanya sekadar himpunan tanpa makna.
Dalam istilah Badiou, mereka sekadar menjadi himpunan tetapi sebenarnya mereka kosong tidak punya makna. Mereka ada tapi tidak mewakili siapa-siapa kecuali kepentingannya sendiri.