OSO Memotivasi Santri Ponpes Al Ashiriyyah Nurul Iman: Jangan Takut Berjuang, tidak Boleh Minder
"Saya bukan siapa-siapa. Bapak saya meninggal di umur saya delapan tahun, lalu saya dibesarkan oleh ibu saya. Luar biasa kasih sayang ibu saya. Itu sebabnya saya sayang kepada ibu saya," katanya.
Dia pun meminta para santri agar selalu menyayangi dan menghormati orang tua, terutama ibu.
"Tidak boleh durhaka kepada orang tua, apalagi sama ibu," ungkapnya.
OSO melanjutkan untuk bertahan hidup saat itu dia harus berjualan rokok di kawasan pelabuhan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Lalu, pada usia 16 tahun, dia memutuskan menjadi buruh angkut dari pelabuhan ke kapal.
Saat menjadi buruh, OSO pun perlahan-lahan mulai belajar berdagang. "Dari situ saya belajar berdagang membawa barang dagangan pakai kapal dari Pontianak ke Jakarta," katanya.
Lalu, OSO pun terus menekuni dunia bisnis. Hingga dia bisa menjalani berbagai macam bidang bisnis sampai sekarang ini.
"Saya tidak hebat. Karena dari dahulu sampai sekarang saya tetap seperti ini," katanya.
OSO mengatakan bahwa sepenggal kisah perjalanan hidupnya itu bisa dijadikan pelajaran berharga bagi para santri. Yang penting, ujar OSO, harus berani, banyak berusaha, berniat dan berdoa.