Palu Ketika Tanpa Koran
Oleh Dahlan Iskanjpnn.com - Saya kepikiran teman-teman saya di Radar Sulteng. Harian yang saya dirikan di Palu.
Meski saya tidak lagi di Jawa Pos mereka adalah abadi. Di hati.
Saya mencari mereka sampai hari ketiga gempa. Nomor telepon Bung Kamil tidak bisa dihubungi. Dialah dirutnya.
Saya akhirnya dapat nama Jemy. Wartawannya. Yang lagi di pengungsian.
Dari Jemy saya tahu: gedung Graha Pena Palu baik-baik saja. Hanya berantakan interiornya. Fondasi mesin cetaknya juga istimewa.
Tapi koran tidak bisa terbit. Tidak ada listrik. Komputernya juga berserakan di lantai. Plafonnya ada yang runtuh.
Saya bangga dengan gedung ini. Sempat menjadi gedung terbaik di Palu. Sebelum bermunculan gedung-gedung baru.
Akhirnya saya menemukan Kamil. Kemarin. Via HP-nya.