Panas! PDIP Minta Pak SBY Jangan Lempar Batu Sembunyi Tangan
jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPP PDI Perjuangan bidang Pemenangan Pemilu, Bambang Dwi Hartono menilai Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono alias Pak SBY mulai panik.
Kepanikan itu tercermin dari keluhan SBY terhadap netralitas aparat negara saat ini dalam pilkada serentak. "Tuduhan tersebut selain merendahkan hak rakyat yang berdaulat, juga cermin kepanikan Pak SBY. Pak Jokowi tidak pernah menyalahgunakan kekuasaan. Berbeda dengan yang sebelumnya," kata Bambang DH.
Pria kelahiran Pacitan berusia 56 tahun, yang pernah menjadi Wali Kota Surabaya ini lalu menyinggung soal dinamika politik masa lalu.
"Siapa yang ada di belakang tim alpha, bravo dan delta? Siapa yang menggunakan KPU, yang seharusnya netral dan dijadikan pengurus partainya? Siapa yang memanipulasi IT sehingga Antasari dipenjara? Siapa yang memanipulasi DPT sehingga kursi di Pacitan pada pemilu 2014 berkurang drastis dibanding 2009? Siapa yang menjadi pelopor penggunaan dana Bansos?” tuturnya.
Bambang DH pun mengambil contoh masalah-masalah politik yang terjadi di masa pilkada saat ini. Menurut dia, salah satu peserta Pilkada Jatim 2018, Khofifah Indar Parawansa (yang notabene-nya didukung SBY), menunjukkan bagaimana pilkada dikotori oleh praktik penyalahgunaan, yakni klaim sepihak Khofifah atas program keluarga harapan.
“Itu sama saja penggunaan dana rakyat untuk kepentingan pribadi. Banyak bukti di lapangan terkait penyalahgunaan PKH tersebut. Ini yang seharusnya dikritik Pak SBY,” kata Bambang.
Dia pun menyarankan Pak SBY untuk melakukan introspeksi, daripada menyalahkan pihak lain dengan menggunakan cara berpikir ketika dia berkuasa. “PDI Perjuangan bahkan punya pengalaman buruk di Pilkada Bali 5 tahun lalu, saat itu alat negara diterjunkan hanya karena ambisi kekuasaan. Jadi, siapa yang punya sejarah gelap menggunakan kekuasaan? Pak SBY jangan lempar batu sembunyi tangan,” tegas Bambang.
"Seluruh pihak hendaknya membangun suasana kondusif. Biar rakyat menjadi hakim tertinggi di dalam menentukan pemimpin. Rakyat mencari pemimpin yang kuat secara kultural, berpengalaman serta tidak ambisius di dalam mengejar jabatan," pungkas Bambang DH. (adk/jpnn)