Pandemi Bikin Frustasi, Banyak Pekerja Migran di Singapura Pilih Bunuh Diri
Singapura mengumumkan 54.000 warga tertular COVID-19 dan banyak pasien positif ditemukan dalam asrama. Sekitar 300.000 pekerja dari Bangladesh, India, dan China menempati kompleks asrama pekerja tersebut.
Sejauh ini, hanya 27 orang yang meninggal akibat COVID-19 di Singapura.
Otoritas setempat mengatakan mereka berencana mencabut karantina di seluruh asrama pada minggu ini, kecuali beberapa blok karena masih jadi zona karantina para pekerja.
Namun, para aktivis mengatakan para pekerja depresi karena khawatir karena takut dipecat sementara mereka banyak terbelit utang. Tidak hanya itu, para pemberi kerja juga kerap membatasi aktivitas para pekerja migran untuk beraktivitas di luar asrama, meskipun mereka telah dinyatakan negatif COVID-19.
"Saat ini banyak pekerja yang mengatakan rasa cemas itu jadi masalah yang lebih serius dari virus," kata ketua Transient Workers Count Too, Deborah Fordyce. Transient merupakan organisasi yang mengadvokasi hak pekerja migran.
Sementara itu, ketua Samaritans of Singapore, Gasper Tan, mengatakan terbatasanya akses pekerja migran untuk membantu keluarga dan teman-temannya selama pandemi menyebabkan mereka memiliki "pikiran negatif berlebihan".
"Mereka merasa terkurung, tidak dapat mengontrol atau mengubah keadaan mereka, dan (mereka, red) mungkin beranggapan bunuh diri jadi satu-satunya pilihan yang tersedia untuk bebas dari penderitaan dan rasa sakit," kata Tan. (ant/dil/jpnn)