Para Ilmuwan Indonesia Kecam Peneliti Asing Penyebar Informasi Tak Valid soal Orang Utan
'Dia memastikan risetnya itu juga menggunakan metodologi pemodelan seperti Meijaard, tetapi dilengkapi variabel menyesuaikan fakta lapangan.
"Jadi kami ground check ke lapangan. Hasil riset ini menghasilkan kesimpulan yang berbeda karena ternyata laju pertumbuhan populasi orang utan Tapanuli masih bisa meningkat meskipun dengan laju yang lambat seiring dengan kebijakan-kebijakan dan program konservasi orangutan yang ada,'' tegas Wanda.
Wanda juga meyakini sikap tegas KLHK terhadap para peneliti asing tersebut sudah melalui pertimbangan matang.
"Bagi yang tidak paham masalahnya pasti dianggap pemerintah intervensi, padahal bisa saja pemerintah ingin melindungi data-data biodeversity untuk tidak disalahgunakan dengan menggunakan analisis yang kurang tepat dan bisa merugikan Indonesia oleh peneliti asing,'' lanjut Wanda.
Terkait metodologi penelitian Meijaard juga mendapat tanggapan dari akademisi pusat studi perubahan iklim, Dr. Anto Ariyanto.
Dia mengatakan ada substansi yang coba digeser dalam penelitian Meijaard, seolah-olah populasi orang utan Indonesia menurun bahkan akan musnah dan membuat hasil riset itu seakan mutlak paling benar.
''Padahal setiap penelitian bisa disanggah kapan saja, apalagi dalam metodologinya ternyata hanya pemodelan menggunakan prediksi dan asumsi tanpa kelapangan sama sekali. Kelemahan metode yang digunakan hanya menggambarkan tren tutupan lahan dan populasi orangutan tanpa melihat variabel lain yang berkenaan dengan upaya menyelamatkan lingkungan dan orang utan di Indonesia,'' sambung alumni Pascasarjana IPB ini.
Anto mengatakan bisa saja di lapangan ada intervensi kebijakan yang dilakukan pemerintah Indonesia, sehingga memengaruhi kondisi sebenarnya terkait populasi orang utan. Namun, dia menyesalkan hal itu justru diabaikan oleh periset yang menggunakan metode pemodelan.