Para Pendakwah Harus Paham, Wali Sanga Mengajarkan Ajaran Islam sesuai Budaya Indonesia bukan Kultur Arab
Dia menegaskan dalam berdakwah itu tidak hanya mengajarkan masyarakat untuk mengerti betul tentang agama Islam tetapi juga harus memiliki sikap kebijaksanaan.
"Karena kebijaksanaan merupakan proses berdakwah dengan penuh santun dan lebih mengedepankan ketenangan hati kepada masyarakat. Sikap inilah yang penting untuk dikembangkan seorang da’i dalam berdakwah, sebagaimana halnya yang telah dilakukan oleh Sunan Ampel," tambah Kiai Taufik.
Berdasarkan pendalaman ilmu yang dilakukannya, diketahui bahwa Wali Sanga datang ke Indonesia dengan kesadaran bahwa Nusantara memiliki banyak kebudayaan yang beragam sehingga ketika berdakwah, para Wali Sanga menyesuaikan metodenya dengan fakta yang ada dan tengah berkembang saat itu.
"Para Wali Sanga sangat mengerti betul bahwa karakter dan budaya orang Arab sangat jauh berbeda dengan kondisi masyarakat Indonesia. Pola-pola ajaran keislaman yang berkembang di Arab berdasarkan budayanya, ini tidak bisa serta merta diajarkan mentah-mentah kepada masyarakat Indonesia," jelasnya.
"Misalnya, karakter orang Arab yang keras dan egoistik. Sementara rakyat Indonesia lebih mengedepankan karakter ‘ngejawi’-nya. Maka pola dan strategi dalam berdakwah tidak bisa disamakan," bebernya lagi.
Itulah sebabnya, kata dia, pola komunikasi yang digunakan Wali sanga tidak menganggap budaya setempat harus diubah. Sebaliknya, Wali sanga justru sangat mengapresiasi budaya yang berkembang yang kemudian ditambah nilai nilai keislaman.
Maka, pola seperti inilah yang ditempuh oleh Sunan Ampel dalam menyebarkan agama Islam di Nusanatara.
“Sosok Sunan Ampel memang memiliki pemahaman sufistik yang bijaksana, dia sadar betul dengan kebudayaan yang sangat beragam, bisa dilihat dari pembuatan tembang lir-ilir yang merupakan apresiasi terhadap musik yang sudah ada sejak dahulu. Begitu juga dengan pakaian santri yang tetap diadaptasikan dengan cara berpakaian orang Indonesia,” sambungnya.