Partai Oposisi Inggris Pecah Gara-Gara Brexit
jpnn.com, LONDON - British Exit alias Brexit tidak hanya membuat parlemen Inggris terbelah. Perceraian Inggris dari Uni Eropa (UE) itu juga mengancam persatuan Partai Buruh.
Belakangan, semakin banyak politikus partai oposisi utama yang menghendaki referendum ulang Brexit. Itu bertentangan dengan sikap Jeremy Corbyn, ketua partai.
Corbyn memang tidak mendukung draf final kesepakatan Brexit yang telah diteken pemerintahan Perdana Menteri (PM) Theresa May dan perwakilan UE. Namun, politikus 69 tahun itu juga bukan pendukung referendum ulang.
Di matanya, Brexit adalah keputusan yang tepat. Hanya, rezim May tidak bisa memformulasikan mekanisme perceraian yang menguntungkan Inggris.
''Corbyn berkali-kali mengatakan bahwa keputusan partai harus mencerminkan pandangan seluruh anggota, bukan ketua. Tapi, soal Brexit, dia tidak menerapkan prinsip itu,'' kritik Tim Bale, pengamat politik pada Queen Mary University of London, sebagaimana dilansir The Guardian, Rabu (2/1).
Akhir tahun lalu, Bale dan timnya melakukan riset internal pada partai oposisi Inggris tersebut. Hasilnya, sekitar 88 persen anggota Buruh memilih untuk bertahan dalam UE jika diberi kesempatan untuk mencoblos ulang pada referendum kedua.
''Temuan ini harus disikapi pemimpin partai sebagai desakan untuk segera menentukan arah,'' ujar Bale.
Dalam risetnya, Bale melibatkan 1.034 anggota partai dan 1.675 pemilik suara. Hasil riset itu menunjukkan bahwa anggota partai maupun simpatisan Buruh sepakat menyimpulkan Brexit sebagai kesalahan.