Patung Soekarno
Oleh: Dhimam Abror DjuraidPenyakit campak dan cacar—yang sekarang dianggap sebagai penyakit ringan yang sudah hilang—adalah dua jenis penyakit yang paling mematikan yang ditularkan orang kulit putih terhadap bangsa pribumi.
Orang-orang kulit putih itu sudah mempunyai kekebalan kelompok dan kemudian--sengaja atau tidak—menularkan penyakit itu kepada bangsa pribumi. Ratusan ribu Indian pribumi Amerika mati karena pandemi itu.
Bukti-bukti sejarah jelas menunjukkan bukti genosida masal itu. Toh bangsa kulit putih tidak pernah merasa bersalah atas pembantaian besar itu. Mereka anggap kolonialisme dan imperialisme bukanlah kejahatan.
Sebaliknya, kolonialisme dan imperialisme adalah tugas sejarah yang menjadi kewajiban bangsa kulit putih yang beradab, untuk memperadabkan dunia ketiga. Penjajahan dan penaklukan itu adalah ‘’white man’s burden’’ beban sejarah orang kulit putih yang harus ditunaikan.
Itulah yang terjadi di seluruh belahan dunia. Di Amerika Utara, Amerika Selatan, di Australia dan Afrika, penduduk pribumi dianggap tidak ada dan tidak pernah eksis. Hamparan tanah luas itu dianggap sebagai bumi yang 'suwung' yang bebas dikuasai oleh bangsa kulit putih.
Karena itulah orang kulit putih mengeluarkan prinsip ‘’terra nulius’’, tanah kosong, untuk menjustifikasi perampasan dan penjajahan masal itu.
Bagi bangsa kulit putih para kolonis itu adalah pahlawan. Namun, bagi bangsa pribumi mereka adalah penjajah. Bagi bangsa kulit putih para kolonis adalah pembebas, tetapi di mata para budak belian yang didatangkan dari Afrika dalam jumlah puluhan ribu, orang-orang kulit putih itu adalah monster pembunuh yang mengerikan.
Christopher Columbus adalah pahlawan bagi orang kulit putih yang beremigrasi ke Amerika. Namun, bagi orang-orang kulit hitam keturunan budak belian dari Afrika, Columbus adalah lambang kekejaman dan kezaliman.