PDIP Ingin Kader BMI Punya Daya Kritis Seperti Bung Karno
“Dialetika itu dilakukan saat bertemu dengan Pak Marhaen, kenapa Pak Marhaen ini miskin padahal dia punya lahan, dia punya cangkul, kenapa dia miskin. Dan ada jutaan petani begitu. Jadi anak-anak muda berpikirlah kritis, seperti Bung Karno mempertanyakan suatu hal dan mencari jawaban," kata dia.
Selain itu, kata Hasto, PDIP juga memiliki sederet nama yang bisa dipelajari. Seperti Basuki Tjahaja Purnama dan Abdullah Azwar Anas. Begitu juga belajar dari sosok di luar partai.
“Rudi Hartono dan Susi Susanti yang mampu menampilkan kekuatan kita dalam bulu tangkis. Belajarlah juga dari mereka yang juara Olimpiade matematika, fisika, belajar dari mereka yang mampu jadi maestro kebudayaan Indonesia. Semuanya dicapai dengan perjuangan. Tanpa perjuangan tidak mungkin mencapai cita-cita,” katanya.
Sementara itu, Basuki menjelaskan bahwa ketika dirinya menjadi gubernur di Jakarta, dia merasa bahagia walau gaji pejabat negara kecil dibanding menjadi pengusaha.
Pria yang dikenal dengan panggilan Ahok itu bekerja dengan jujur, terpacu oleh motivasi dari berbagai tokoh, utamanya dari Megawati Soekarnoputri.
“Seperti kata Bu Mega, kalau mau menolong rakyat, ya, kami gunakan kekuasaan untuk rakyat. Kami takkan mungkin menggunakan uang kami sendiri, uang kami sendiri takkan mampu menyelesaikan itu. Pengusaha takkan mampu menolong begitu banyak rakyat. Pengusaha itu uangnya terbatas. Maka harus dengan negara, agar kebijakannya prorakyat,” kata dia.
Dengan jabatan gubernur, Ahok mengaku dirinya bisa membantu rakyat yang kurang mampu memenuhi kebutuhan harian. Bisa menggratiskan bus untuk rakyat yang menerima gaji minimum.
Ahok juga bisa menyediakan rusun dengan biaya sewa Rp 15 ribu per bulan untuk rakyat yang membutuhkan.