Pedang Bermata Dua: Industri Nikel yang Menguntungkan Tapi Juga Mengancam Kesehatan dan Lingkungan
"Filter cake tailing diangkut ke fasilitas tailing tumpukan kering untuk disimpan."
Muhamad Jamil dari Jaringan Advokasi Tambang, JATAM, mengatakan proses tersebut belum terbukti aman bagi lingkungan dan mempertanyakan bagaimana mengeringkan limbah yang berwujud seperti bubur, atau slurry, dengan hanya berisi 10 persen padatan itu.
"Air dari limbah, yang jumlahnya 90 persen itu dikemanakan? Apakah diuapkan? Dibuang? Dibuang Ke mana?"
"Jangan-jangan ini disampaikan pihak industri sebagai upaya mengelabui warga dan pihak industri sendiri terhadap kekhawatiran yang belum mereka temukan solusinya."
"Sehingga kami menantang pihak industri untuk menunjukkan sejauh mana mereka bisa melakukan pengeringan itu, karena sampai saat ini kami belum menemukan praktik itu," kata Jamil.
Pekerja dan usaha kecil mendapat manfaat ekonomi
Industri nikel di Indonesia membawa manfaat ekonomi dan sosial warga lokal, usaha kecil, dan ribuan orang yang bekerja di industri tersebut.
Diperkirakan antara 38.000 hingga 80.000 orang bekerja di IMIP. Sekitar 5.000 di antaranya berasal dari Tiongkok, namun mayoritas adalah orang Indonesia.
Di antaranya adalah Hendra Seno dari Sulawesi Selatan yang kini tinggal di Morowali Sulawesi Tengah untuk bekerja di IMIP. Ia bisa bekerja selama sepuluh jam sehari, enam hari seminggu, selama lebih dari lima tahun.