Pendekar Silat Indonesia Memang Mendominasi, tapi...
jpnn.com, JAKARTA - Sebagai tuan rumah Asian Games 2018, Indonesia mendapatkan keuntungan karena boleh mengusulkan cabang olahraga andalan mereka di setiap edisi. Kali ini, Indonesia mengusulkan sejumlah cabor, salah satunya pencak silat, bela diri khas Indonesia.
Total 16 medali yang diperebutkan dari pencak silat dalam Asian Games kali ini, enam di antaranya dari nomor seni. Pada final pertama Senin (27/8), Indonesia mampu menyapu bersih perolehan medali emas. Delapan medali emas dan satu perunggu menjadi milik pendekar silat tanah air.
Dominasi itu membantu kontingen Indonesia bertengger di peringkat 4 klasemen medali sementara Asian Games 2018. Tetapi kemenangan itu menjadi semu lantaran tidak ada “pemerataan” kekuatan yang terlihat. Khususnya di nomor seni.
Pencak silat merupakan salah satu cabor bela diri dengan unsur subjektifitas yang cukup tinggi. Hendy/Yolla Primadona Jampil yang tampil di nomor seni ganda putra merasakan euforia yang besar. Itu setelah mereka mengumpulkan poin tertinggi, 580 poin.
Pada saat SEA Games 2017 lalu, mereka merasa dicurangi wasit dalam penjurian. Hasilnya, saat itu, Hendy/Yolla mendulang perak dan emas menjadi milik pasangan Malaysia, Mohd Taqiyuddin/Muhammad Afifi yang kemarin hanya mendapatkan perunggu.
“Ini maksimal yang bisa kami berikan, sekaligus membalas di SEA Games 2017,” urai Hendy. Mereka menyiapkan koreografi baru untuk Asian Games kali ini.
“Sudah kami siapkan sejak 2016 lalu, tetapi baru intensif mengasah latihan setelah SEA Games 2017,” lanjutnya.
Namun, sebaran medali di pencak silat memperlihatkan persaingan yang cenderung tidak seimbang. Johanes Edison, anggota Binpres PB IPSI menjelaskan timnya terus menjalin komunikasi agar silat tetap bisa dipertandingkan pada Asian Games 2022 Hangzhou, Tiongkok.