Peneliti IPB Ragukan Independensi Pengamat soal Impor Beras
“Ini sekaligus menanggapi pengamat dari INDEF dan peneliti dari CORE serta AB2TI yang meragukan kemampuan Indonesia menyediakan beras sendiri sehingga solusinya impor,” ucap Pri Menix.
Fakta kerja keras dan keberhasilan peningkatan produksi beras pada era pemerintahan Jokowi-JK ini patut diapresiasi. Lihat saja, banyak terobosan peningkatan produksi yang telah dilakukan yakni sejak 2015 hingga kini telah direhabilitasi jaringan irigasi 3,2 juta hektar, mekanisasi 380 ribu unit alat mesin, subsidi benih dan pupuk, asuransi 1 juta hektar pertahun dan lainnya.
“Hasilnya, kemampuan produksi padi kita sangat kuat. Bukti pertama, saat 2015 terjadi El-Nina terbesar 2.95 dejarat C SST, dengan berbagai program pompanisasi, sumur dangkal, hujan buatan dan tanam di rawa lebak, telah mampu berproduksi dan hanya impor 1,5 juta ton beras,” ungkap Pri Menix.
Untuk membukti hal ini, sambung Menix, dengan membandingkan Elnino 2015 itu tertinggi sepanjang sejarah dengan El-nino tertinggi sebelumnya tahun 1998 sebesar 2,53 derajat C SST. Di tahun 1998-1999 Indonesia mau tidak mau harus mengimpor beras dalm jumlah besar yakni 12,1 juta ton.
“Nah apabila 2015 tidak ada Program Upaya Khusus peningkatan produksi padi, dengan penduduk 2015 sebesar 255 juta jiwa dan kondisi iklim lebih parah dari 1998 di mana penduduk saat itu 201 juta jiwa, maka dipastikan 2015 akan impor beras 16,8 juta ton dan di dunia ini tidak ada beras sebanyak itu,” ujarnya.
Untuk itu, Pri Menix mengingatkan para pengamat agar perlu juga bersikap dewasa dan jujur mengedepankan intelektualnya dalam menyoal kondisi perberasan. Artinya, jangan melupakan prestasi dan kerja keras yang dilakukan pemerintah.
“Ini kan bukti prestasi produksi saat iklim paling ekstrim. Masa menilai persoalan beras hanya menggunakan kaca mata kuda, satu arah. Parahnya menurut data sendiri, bukan fakta secara keseluruhan,” sebutnya.
Bukti berikutnya dikatakan Pri Menix, produksi beras lokal kuat. Faktanya, pertambahan jumlah penduduk 2014 hingga 2018 sebanyak 12,8 juta jiwa itu lebih banyak dari jumlah penduduk Singapura. Tambahan penduduk 12,8 juta jiwa butuh tambahan pasokan 1,7 juta ton beras dan terbukti selama ini pasokan cukup dipenuhi dari tambahan produksi petani.