Pengakuan Blakblakan Terapis Pijat Plus-plus, Auuw!
Setelah hampir 40 menit, pijat kaki, badan, dan tangan, selesai.
"Yang mana lagi mau dipijit? Depannya mau gak?" ujar Erni. Perempuan berusia 40-an tahun ini lantas menawarkan sejumlah paket. Plus-plus.
"Main 500 ribu," tuturnya. Don Juan mengelak dengan alasan kemahalan. Lantas Erni menawari layanan model lain, dengan dua pilihan, Rp250 ribu dan Rp300 ribu.
Mengingat penelusuran prostitusi di balik tirai panti pijat tradisional ini masih sedikit, Don Juan pun berupaya mengulur waktu. Beruntung, Erni tak curiga. Dia mau melanjutkan kisahnya.
Erni tak terima upah dari pemilik panti pijat. Biaya Rp 110 ribu itu murni masuk kas perusahaan alias kantong bos.
"Tamu bayar Rp200 ribu, saya dapat Rp90 ribu. Kalau bayar Rp150, saya dapat Rp40 ribu," bebernya.
Ia mengisyaratkan, kerja sebagai terapis bukan mencari upah. Tapi mencari keuntungan dengan menawarkan jasa plus-plus.
"Kalau diupah, biaya hidup tidak cukup," jelas ibu dua anak ini.