Pengakuan PSK Tanpa Muncikari: Sehari Bisa 4 Kali, Tarif Rp 300 Ribu
Terpengaruh cerita temannya yang menyebut bahwa uang yang didapat lebih besar, Laura pun langsung tergiur dan membulatkan tekadnya untuk merantau ke Pulau Kalimantan.
Terlebih kala itu, keluarga Laura sedang dilanda ‘krisis ekonomi’ sepeninggal suaminya. Sementara anaknya yang ketika itu berusia 8 bulan, membutuhkan biaya setiap hari.
“Awalnya saya bekerja di THM. Tapi begitu saya coba mencari rezeki di Medsos, ternyata lebih asyik karena tanpa tekanan si Bos,” papar wanita yang juga mengaku gagal melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA lantaran hamil di luar nikah.
Usia kedua orangtuanya yang sudah uzur itu, membuat Laura harus banting tulang mencari nafkah untuk menjamin kelangsungan hidup ibu dan ayah serta seorang putranya yang saat ini dirawat oleh salah seorang tantenya itu.
“Orangtua saya itu tidak tahu kalau saya kerja beginian. Pernah sih dia (orangtuanya,red.) tanya. Tapi saya bilang kalau saya kerja di warung makan,” akunya.
BACA JUGA: Tanpa Muncikari, PSK Prostitusi Online Tetap Bisa Dipidana
“Makanya kalau saya pulang kampung. Teman-teman pada tanya kerja apa di Kalimantan. Saya bilang aja kerja di perusahaan. Mereka tahu saya kerja di Kalimantan, tapi tidak tahu di Berau,” lanjut Laura.
Sementara itu, salah seorang pengguna prostitusi online Michat yang sengaja disamarkan identitasnya, menuturkan kecanggihan teknologi saat ini membuat dunia prostitusi lebih hidup. Apalagi kata dia, dunia prostitusi online di Berau juga sejauh ini masih aman-aman saja.