Pengamat Nilai Pemerintah Harus Tegas soal Divestasi PT Vale Indonesia
Di sisi lain, Fahmy menyebut divestasi PT Vale bisa memberikan keuntungan untuk Indonesia, terutama dalam perekonomian. Kegiatan dari perusahaan bisa memberi kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
"Keuntungan akan tetap berputar di Indonesia dan tidak dibawa ke luar. Berbeda lagi jika pemegang saham adalah pihak asing, maka keuntungan yang diperoleh juga akan dibawa ke luar," ujar Fahmy.
Fahmy menambahkan jika keuntungan tersebut bisa berputar di indonesia, maka keuntungan bisa dinikmati di dalam negeri. Hal itu bisa memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, seperti pembukaan lapangan pekerjaan dan sebagainya.
“Saya melihat PT Vale Indonesia Tbk sendiri enggan untuk melepas sahamnya, maka perlu ada upaya yang harus dilakukan, dalam tanda petik, agak memaksa,” ucapnya.
Oleh karena itu, Fahmy meminta pemerintah perlu bersikap tegas untuk memaksa dan mengambil alih saham PT Vale Indonesia Tbk sebagai saham mayoritas. Salah satu caranya adalah dengan menunggu habisnya kontrak pada 2025.
“Pemerintah bisa melakukan upaya dengan mengatakan bahwa akan memperpanjang kontrak dengan syarat mayoritas saham ada di Indonesia,” ujarnya.
Menelisik lebih jauh, ruwetnya divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk dimulai pada 1990. Saat itu, PT Vale Indonesia Tbk melepaskan 20 persen sahamnya melalui Bursa Efek Indonesia dan menjadi perusahaan terbuka.
Pemerintah mengakui saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia merupakan pemenuhan divestasi kepada peserta Indonesia.