Pengelolaan Irigasi dan Drainase Mendukung Ketahanan Pangan
“Kelima, strategi budidaya tanaman pangan dalam menghadapi dampak perubahan
iklim,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ani menegaskan pemanfaatan lahan sub optimal merupakan solusi yang ditempuh akan terbatasnya cadangan lahan pertanian subur di tengah tekad pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan. Selain itu, untuk mendukung terwujudnya visi menjadi Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia di tahun 2045.
“Pada tahun 2025 diprediksi akan dibutuhkan 7,3 juta lahan baru untuk sawah 1,4 juta ha, kedelai 2 juta ha dan jagung 1,3 juta ha, tebu & horti 2,6 juta ha,” tegasnya.
“Dan pada 2045 diperlukan tambahan lahan sekitar 14,8 juta ha, terdiri dari 4,9 juta ha sawah, 8,7 juta ha lahan kering, dan 1,2 juta ha lahan rawa. Data ini berdasarkan analisis Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian di tahun 2015,” sambungnya.
Hadir narasumber pada FGD ini yakni Prof. Didiek Indradewa dari UGM, membahas pengelolaan Air Berbasis Kearifan Lokal. Narasumber lain yakni Dr. Sumarwoto memaparkan tentang komoditas alternatif di lahan suboptimal.
Sedangkan Dr. Gatot dari Universitas Muhamadiyah Yogyakarta menyajikan terkait Pengembangan sumberdaya lokal. Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian DIY yang memaparkan pengalaman lapangan terkait strategi budidaya tanaman pangan antisipasi dampak lingkungan.
Diskusi ini pun diikuti 20 orang mahasiswa STPP Magelang, sebagai generasi penerus dan pengawal pembangunan pertanian masa depan.(jpnn)