Penjelasan Mengenai Pengaruh Suhu Terhadap Pandemi Covid-19
jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menuturkan faktor iklim menjadi keuntungan tersendiri bagi negara-negara yang memiliki temperatur dan kelembaban tinggi, seperti Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19.
Namun, Luhut menekankan bahwa social/physical distancing tetap menjadi faktor utama. Pasalnya, jika hal tersebut tidak dilakukan dengan ketat, maka keuntungan dari faktor temperatur tersebut tidak lagi berlaku.
Merespon isu tersebut, Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengembangan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Umum dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Yodi Mahendradhata menyebut memang ada studi-studi yang mengindikasikan bahwa suhu tinggi dan kelembaban tinggi mungkin bisa mengurangi penularan virus corona, namun faktor-faktor lain tetap lebih berperan dalam penularan.
“Namun saya ingin menekankan bahwa salah satu faktor utamanya tetaplah kedisplinan masyarakat untuk melakukan social/physical distancing,” ujar Dr. Yodi.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Dwikorita Karnawati membenarkan apa yang disampaikan oleh Menko Luhut.
Menurutnya, pada Desember-Januari, belum ada kasus di negara tropis, seperti di Singapura, Thailand, Filipina, Indonesia.
Menurut literatur yang ada, hal ini dikarenakan pada saat itu suhu di tempat kita ini temperaturnya lebih dari 20 derajat, dan cocok dengan fakta Desember dan Januari belum ada kasus.
Namun, pada outbreak kedua, pengaruh iklim ini kalah dengan pengaruh yang lebih kuat penyebarannya oleh mobilitas orang.