Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Penyederhanaan RPP Memerdekakan Guru dan Siswa

oleh: Yogen Sogen

Kamis, 21 Januari 2021 – 11:47 WIB
Penyederhanaan RPP Memerdekakan Guru dan Siswa - JPNN.COM
Founder Jaringan Milenial Nusantara dan PP PMKRI 2018-2020 Yogen Sogen. Foto: Dokpri

Sebelum Kemendikbud mengeluarkan kebijakan “Merdeka Belajar”, RPP sendiri pada formatnya terdiri dari 13 komponen, sehingga tidak mengagetkan bila RPP cenderung tebal dan formatnya kaku.

Namun komponen yang panjang tersebut disederhanakan menjadi 3 saja yang memuat tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian.

Hal ini dikeluarkan oleh Mendikbud Nadiem Makarim pada 11 Desember 2019. Nadiem menegaskan, dari evaluasi yang dilakukan selama ini dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan pembelajaran di sekolah dianggap menyita waktu guru karena selama ini harus detail. Dalam memberikan penjelasan guru tidak boleh keluar dari RPP yang sudah dipersiapkan sebelum mengajar. Sehingga perlu penyederhanaan program dengan melakukan efisiensi.

Dalam pembuatan RPP, prinsip efisien, efektif dan berorientasi pada murid dikedepankan. Efisien berarti penulisan RPP dilakukan dengan tepat dan tidak menghabiskan banyak waktu dan tenaga.

Efektif berarti penulisan RPP dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berorientasi pada murid berarti penulisan RPP dilakukan dengan mempertimbangkan kesiapan, ketertarikan, dan kebutuhan belajar murid di kelas.

Lalu adakah standar baku untuk format penulisan RPP? Tidak ada; guru bebas membuat, memilih, mengembangkan, dan menggunakan RPP sesuai dengan prinsip efisien, efektif, dan berorientasi pada murid.

Kemudian di masa pandemi, guru, murid dan orang tua akan lebih produktif untuk berkolaborasi menerjemahkan konten pelajaran melalui teknologi daring. Hal ini menjadikan guru lebih inovatif untuk memproduksi konten pelajaran yang menarik bagi siswa karena guru tidak lagi dibebankan pada RPP tapi lebih kepada inovasi dan meningkatkan kreatifitas murid.

Kondisi di atas oleh Neil Postman (1995) menyebutnya sebagai problem metafisik. Ruang virtual mungkin hanya berlaku untuk keterampilan mekanis. Namun untuk menjadi seorang pribadi yang berbeda karena suatu hal yang telah dipelajari merupakan keterampilan yang berbeda secara teknis.

Semoga merdeka belajar menjadikan guru, para murid, dan orang tua dapat membangkitkan gairah pendidikan yang inovatif dan kreatif menuju masa emas Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News