Penyelesaian Tol Balikpapan – Samarinda Dipastikan Molor, Ini Penyebabnya
Selain persoalan tanah, sejumlah hal teknis juga masih menjadi kendala. Terbaru, timnya menemukan titik longsor di badan jalan tol. Yakni di Seksi 5 STA 8. Menyebabkan tanah yang sebelumnya sudah ditimbun ambles.
Karena faktor alam, kejadian ini disebut di luar prediksi. “Dalam pekerjaan ada uncertain condition. Ini yang memerlukan banyak penyesuaian,” ungkapnya.
Terkait kelanjutan Tol Balsam hingga tembus ke Bontang, Refly menerangkan masih dalam tahap feasibility study. BPJN XII belum bisa memastikan kapan memulai proyek tersebut. Untuk saat ini, pertanyaan tersebut belum bisa dijawab. Karena pihaknya masih fokus menyelesaikan proyek tol yang ada saat ini.
“Tentu akan ada pertimbangan termasuk viability gap fund. Itu yang bisa menjawab dari BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol) di pusat. Namun, Tol Balikpapan-Samarinda ini bakal menjadi konsep untuk proyek selanjutnya,” tuturnya.
Namun dengan adanya Tol Balsam, Refly meyakini akan ada perubahan besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Samarinda dan Balikpapan. Meski dengan adanya Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto, Samarinda akan membuat perubahan mobilisasi penumpang ke Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan, Balikpapan. “Multiplier effect tentu ada. Akan menumbuhkan pusat pertumbuhan baru di kedua kota ini,” sebutnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Jasamarga Balikpapan Samarinda (JBS) STH Saragi mengamini persoalan pembebasan tanah menghambat pihaknya untuk merampungkan pekerjaan tol yang menjadi cikal bakal Trans Kalimantan itu.
Apalagi selaku Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), pihaknya diberikan tanggung jawab untuk menyediakan pendanaan untuk sisa pembebasan tanah di Tol Balsam. Termasuk yang ada di Seksi 1 dan Seksi 5.
“Untuk pembebasan tanah, BUJT sudah mengeluarkan Rp 500 miliar. Sementara yang baru dibayarkan Badan Layanan Usaha Lembaga Manajemen Aset Negara (BLU LMAN) baru Rp 170 miliaran,” sebut Saragi.