Perawat Meninggal di Pedalaman Teluk Wondama, Pemerintah Jangan Diam Saja
BACA JUGA: Tjhai Chui Mie: Ribut PPDB Zonasi di Daerah yang Banyak Sekolah Favorit
Informasi yang PPNI, penyebab kematian Patra dikarenakan sakit di tempat bertugas. Di sana dia tinggal seorang diri sebagai tenaga kesehatan dengan keterbatasan logistik, obat-obatan dan ketiadaan transportasi serta alat komunikasi.
"Yang sangat memprihatinkan, jangankan mengevakuasi saat sedang sakit, untuk evakuasi jenazah almarhum Patra pun setelah empat hari baru bisa dilaksanakan. Patra seharusnya sudah selesai bertugas dan akan dijemput menggunakan helikopter, tapi sampai berhari-hari sampai kondisi sakit dan mengembuskan napas terakhir Patra tidak kunjung dijemput oleh Pemda," sesal Harif.
Menurut informasi PPNI setempat, instansi Pemda yang menugaskan dan yang mengelola program adalah Dinas Kesejahteraan rakyat (Kesra) yaitu Program Pelayanan Desa Terpencil.
Patra meninggal dalam kesendirian tanpa teman dan keluarga maupun kerabat yang mendampingi. Namun pada saat kondisi sakit dan kritis Patra didampingi oleh warga setempat yang menganggap Patra sudah seperti keluarga sendiri, karena selama bertugas Patra sangat diterima warga. Bahkan sejak sakit ada perwakilan warga kampung yang pergi ke kota untuk melaporkan kondisi Patra.
"Patra mungkin bisa tertolong jika pihak pemerintah daerah cepat merespons laporan terkait kondisi Patra dan minta segera di lakukan pertolongan," ujarnya.
PPNI mengingatkan bahwa satu orang seperti Patra dapat menangani berpuluh bahkan ratusan orang yang memerlukan pelayanan kesehatan. Maka jaminan atas kelancaran tugas dan kesejahteraan lahir dan batin perawat perawat yang bertugas seperti Patra harus lebih mendapat perhatian.
PPNI menyerukan kepada pemerintah dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri melalui Pemerintah Daerah dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, agar menjamin kelancaran dan kondisi kerja perawat dalam melaksanakan tugas di daerah dengan keterbatasan.