Perekonomian Bali di Ambang Krisis, Ini Ulasannya
Sementara sektor pertanian, konstruksi, transportasi, jasa kemasyarakatan, dan lainnya (pertambangan dan penggalian serta LGA) mengalami penurunan masing-masing sebesar 3,5 persen, 22,9 persen, 7,8 persen, 2,4 persen, dan 40,4 persen.
Namun, data BPS yang menunjukkan capaian positif tersebut dianggap tak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Beberapa pengamat menilai lesunya perekonomian Bali belakangan sangat mengkhawatirkan.
AA Ngurah Alit Wiraputra, pengamat ekonomi yang juga adalah Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bali, menyebutkan kondisi perekonomian Bali saat ini sudah berada di ambang kritis.
Pasalnya perekonomian Bali dikatakan Alit saat ini hanya tergantung pada sektor pariwisata saja. “Sementara kualitas dari sektor pariwisata ini mengalami penurunan yang cukup signifikan,” jelasnya.
Meskipun data BPS menyebutkan jika jumlah kunjungan wisatawan ke Bali mengalami peningkatan, namun diakui Alit jumlah uang yang dibelanjakan wisatawan asing selama tinggal di Bali justru mengalami penurunan.
Hal ini dikatakannya karena saat ini Bali dikatakan Alit tidak lagi menjadi destinasi utama bagi wisatawan asing. Biasanya setelah datang ke Bali, wisatawan ini akan mengunjungi daerah lain seperti Lombok atau Jawa timur. “Sehingga mereka tidak terlalu boros dalam membelanjakan uangnya di Bali,” lanjutnya.
Lantas apa yang harus dilakukan? Ketika ditanya demikian, Alit menyebutkan jika untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Bali secara riil, pemerintah harus lebih aktif lagi dalam mendukung sektor riil sebagai penunjang perekonomian Bali.
Adapun sektor riil yang dimaksud Alit adalah sektor UMKM, hal ini karena sektor ini yang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat selama tahun 2015. “Sektor pariwisata memang tetap menjadi sektor utama penunjang pertumbuhan ekonomi Bali, namun pemainnya sudah cukup banyak, sehingga sektor UMKM ini harus diberikan perhatian yang cukup besar,” ungkapnya.