Perlu Penguatan Ideologi Pancasila dan Nalar Sehat untuk Lawan Budaya Kematian
Oleh: Antonius Benny Susetyo (Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIPDalam hal ini bangsa mengalami kegagapan dan cara satu-satunya adalah menciptakan kesadaran kritis melalui pendidikan kritias.
Kesadaran kritis harus disadarkan semua pihak bahwa ini persoalan kemanusiaan yang kehialangan kemanusiaannya yang hanya dijadikan alat mekanisitis yang banyak dimanfaatkan oleh kepentingan politik sesaat. Jalan maut ini bisa masuk melalui media sosial, rekruitmen, dan banyak celah lainnya.
Ada beberapa cara untuk melawan budaya kematian ini yaitu dengan memperkuat idoelogi Pancasila yang ditanamkan dalam cara berpikir, bertindak, bernalar, dan berelasi. Sudah banyak orang yang terpapar budaya kematian ini sadar dan kembali kepada jalan yang seharusnya. Inilah yang harus ditampilkan kepada publik untuk mendeskripsikan bagaimana bahaya budaya kematian ini.
Selian itu, harus dilakukan patoroli atau pengawasan dimedia sosial terhadap konten-konten negatif yang bermuatan atau mengarah kepada budaya kematian ini. Jangan diberikan ruang dan masyarakat harus aktif melaporkan jika menemukan konten ini. Baiknya masyarakat juga membuat konten tandingan yaitu konten positif guna mengisi ruang publik dengan hal yang bermanfaat.
Masyarakat harus bijak dalam mengolah informasi dan wasapada terhadap budaya kematian. Janji surga yang ditawarkan oleh budaya kematian adalah semu karena menganggap semua solusi permasalahan adalah kematian.
Padahal orang yang mecintai tuhannya tidak akan mungkin menyakiti sesamanya bahkan hingga menghilangkan nyawa demi sebuah janji palsu.
Orang yang menyakiti sesamanya adalah orang yang melukai wajah Tuhan. Yang dibutuhkan saat ini adalah nalar yang sehat sebagai obat untuk menciptakan kesadaran dalam racun dunia era digitalisasi.***