Pertamina Perkuat Bisnis Rendah Karbon untuk Mempercepat Transisi Energi Berlanjutan
Hingga saat ini, Pertamina telah berhasil mengurangi emisi hingga 8,5 juta ton CO2 dari emisi Scope 1 & 2 sejak 2010, dan berencana untuk terus meningkatkan angka tersebut melalui kolaborasi dan inovasi teknologi?.
Capaian tersebut buah hasil dari pengembangan implementasi biofuel, energi geotermal, dan teknologi rendah karbon seperti CCS dan CCUS.
John Anis juga menjelaskan Pertamina terus mengembangkan portofolio energi terbarukan, termasuk bioetanol serta pengembangan baterai untuk kendaraan listrik dan ekosistem pengisian daya untuk kendaraan motor roda dua.
“Kami juga memiliki potensi besar di sektor geothermal, dengan kapasitas terpasang saat ini mencapai 672 MW, dan anak usaha kami PGE terus mendorong peningkatan kapasitas terpasang hingga 1.4 GW di 2029. Kami percaya bahwa energi geothermal akan menjadi pilar penting dalam transisi energi,” tambah John Anis.
Di sektor hidrogen, Pertamina tengah berupaya menurunkan biaya produksi melalui inovasi teknologi, termasuk optimalisasi penggunaan listrik dalam proses elektrolisis yang diharapkan dapat menurunkan biaya hingga 30 persen.
“Semoga teknologi ini dapat terealisasi tahun depan dan memungkinkan kami memproduksi hidrogen hijau dengan biaya yang lebih terjangkau,” jelasnya.
John Anis juga menegaskan saat ini kebutuhan investasi untuk mencapai target bersama transisi energi perlu dukungan akses pembiayaan yang inklusif dan dukungan dari semua pihak.
"Untuk mewujudkan transisi ini, kita tidak mungkin sendirian, kolaborasi merupakan faktor penting, lalu kita memerlukan dukungan dari pemerintah, termasuk insentif yang dapat mendorong investasi di bidang energi terbarukan dan rendah karbon,” pungkas John Anis.