Pertemuan Prabowo - Jokowi, Rekonsiliasi atau Pragmatisme Politik?
Oleh: Herzaky Mahendra PutraKetiga, ada pesan tersirat dari Jokowi untuk Prabowo, kalau MRT merupakan simbol dari apa yang dikerjakan Jokowi selama ini. Jokowi berusaha membawa bangsa ini maju dan melaju lebih cepat, dengan mengadaptasi teknologi modern. Bukan membuat bangsa ini mundur dan bergerak tertatih-tatih.
Jokowi berusaha meyakinkan kalau dia berada di perahu yang sama dengan Prabowo. Sama-sama berjuang untuk memajukan bangsa dan negara ini. Jika ada perbedaan dalam cara mencapainya, itu hanya hal teknis.
Dengan kata lain, Jokowi mengajak Prabowo untuk “berdamai”, menciptakan perdamaian antar kedua kubu. Tujuan kita sama. Cara saja yang kadang berbeda.
Keempat, Jokowi mengajak Prabowo naik MRT di gerbong yang sama, duduk bersebelahan, seakan memberikan isyarat mengajak Prabowo berada di gerbong yang sama untuk pemerintahan periode 2019-2024. Bahu-membahu membangun Indonesia.
Pesan ini dipertegas dalam pernyataan Jokowi di depan media massa. Jokowi menegaskan tidak ada lagi 01, 02. Tidak ada lagi cebong dan kampret. Yang ada hanya Garuda Pancasila.
Isyarat Jokowi ini ditangkap dengan baik oleh Prabowo. Prabowo pun menyampaikan kepada Jokowi di depan media massa, siap untuk membantu jika diperlukan. Hanya, Prabowo juga menekankan, kalau sekali-kali memberikan kritik membangun, mohon dimaklumi.
Kelima, lokasi pertemuan di ruang publik seperti MRT ini bisa digunakan juga untuk test the water. Mengetahui respons awal publik secara langsung terhadap pertemuan mereka. Bagaimana penerimaan publik, apakah positif ataukah negatif.
Meskipun memang tidak bisa merepresentasikan respons masyarakat Indonesia secara keseluruhan, tetap saja respons genuine publik yang kebetulan berpapasan bisa memberikan sedikit gambaran. Kedua tokoh pun bisa mendapatkan sedikit afirmasi, apakah langkah pertemuan ini memang tepat mereka ambil, ataukah tidak.