Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Pesantren Teroris

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Jumat, 04 Februari 2022 – 17:10 WIB
Pesantren Teroris - JPNN.COM
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar. Foto: Ricardo/JPNN.com

Banyak yang tidak menyadari hal itu. Banyak yang mengira bahwa konten-konten bermateri tutorial dan workshop teror itu ‘’disponsori’’ oleh produk-produk favorit anak-anak milenial.

Dari situlah pola rekrutmen berawal, sampai kemudian anak-anak muda itu tertarik lebih jauh dan mengisi formulir pendaftaran.

Perusahaan Uber dikecam luas di Australia ketika pada 2015 menaikkan tarif berkali-kali lipat ketika terjadi pemboman di Martin Place, Sydney. Pada sebuah siang yang sibuk di salah satu pusat perbelanjaan paling ramai di Australia, sebuah bom meledak di sebuah gerai.

Begitu orang berhamburan melarikan diri mencari selamat, baik dengan lari maupun dengan mobil, menjauhi lokasi ledakan, maka algoritma secara otomatis akan bekerja dan menaikkan tarif taksi online secara otomatis. Makin banyak langkah kaki dan gerakan mobil menjauh dari titik itu, makin tinggi tarif Uber saat itu.

Dari insiden ini seharian Uber mendapatkan keuntungan dari tarif yang meroket. Publik dan netizen berang oleh kejadian ini dan menuduh Uber telah mengeksploitasi peristiwa teror itu untuk kepentingan menangguk untung.

Uber menjelaskan bahwa pihaknya tidak berdaya mengendalikan kerja algoritma, dan meminta maaf atas kejadian itu dengan memberi kompensasi layanan gratis bagi orang-orang yang kena getok harga mahal.

Perusahaan-perusahaan multinasional itu tidak berdaya menghadapi algoritma, demikian pula para polisi siber yang berpatroli untuk mengecek gerakan para jihadis. Anak-anak milenial itu terlalu canggih untuk bisa dideteksi.

Sebuah aplikasi yang populer di kalangan anak-anak SMA bisa menyembunyikan foto-foto dan video porno, termasuk sex chatting, dan menyamarkannya di balik aplikasi mesin hitung.

Melihat masjid dan pesantren sebagai sumber terorisme adalah cara pandang yang sudah ketinggalan zaman.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close