Petani Kewalahan Kuburkan Ikan
Batuanjing dan Linggai Paling ParahKamis, 11 November 2010 – 09:16 WIB
Ia juga mengaku tidak bisa menghindari membuang ikan yang sudah mati dari atas keramba ke danau. Sebab, pembudidaya harus memprioritaskan penyelamatan ikan yang masih hidup. "Di dalam keramba kan masih ada sebagian yang hidup. Untuk memudahkan evakuasinya terpaksa ikan-ikan yang mati kita keluarkan dari keramba. Kelihatannya sih menganggu, tetapi mau gimana lagi. Kita berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan yang masih hidup," ujarnya.
Jangankan untuk mengurus ikan mati, mengurus yang masih hidup saja Elmita dibikin repot. Sebab, tidak mudah mencari kolam penampungan yang kosong. Berkali-kali ia menelepon kolega bisnisnya untuk memastikan tempat penampungan sementara, tetapi tak jarang berakhir dengan diam karena ternyata semua kolam penuh. Beruntung dia sudah lama menjadi "pemain" keramba ikan, sehingga aksesnya ke pemilik kolam luas sehingga akhirnya tempat penampungan yang diinginkan didapat juga.
Bagi pembudidaya ikan yang skalanya tidak sebesar Elmita, langsung mengambil langkah seribu. Syawal di Kampung Muko-Muko segera melakukan pemanenan meski umurnya belum cukup. "Biasanya ikan itu dipanen setiap empat bulan sekali, tapi daripada mati duluan mending panennya dipercepat," ujanya. Pemasaran untuk hasil panen yang dipercepat inipun tidak sulit karena pembudidaya sudah terbiasa memasarkan ikan dengan berat yang beragam.