Petani Muda Siap Dorong Indonesia menjadi Lumbung Pangan Dun
"Ini adalah panggilan hati. Dulu orang bertani karena keturunan. Sekarang saya sendiri memilih jadi petani," ungkap Doni.
Dirinya juga merasa prihatin apabila lahan pertanian tidak dimaksimalkan. Pemuda berusia 22 tahun ini nyaman dengan profesi sebagai petani karena memiliki fleksibilitas waktu namun tetap berpenghasilan mencukupi.
"Kalau lahan pertanian tidak digunakan bertani maka lahan yang ada lama - lama bisa habis. Inilah kesempatan menghancurkan doktrin negatif bertani sulit kaya. Bertani bisa sukses. Sayang kalo sarjana pertanian tapi tidak bertani. Penghasilan saya memang di bawah Pak Ulus tapi penghasilan saya bisa melebihi dari seorang PNS," ucapnya penuh semangat.
Ada sosok lain di samping Doni. Seorang lulusan SMK Komputer. Meski baru berusia 21 tahun, Umbara sudah mampu mengisi pasokan pasar retail wilayah Bandung sampai Jakarta.
"Seharusnya menjadi petani itu bangga. Di sini banyak orang tuanya yang petani tapi anaknya tidak mau bertani. Kita harus meningkatkan potensi diri. Pendapatan minimal saya Rp 200 ribu per hari," jelas Umbara ketika ditanyakan berapa nilai penghasilannya.
Dirinya menjelaskan bahwa penghasilan sebesar itu adalah angka minimal yang dapat diperolehnya sehari - hari. Tidak jarang dia mampu menghasilkan berkali - kali lipat. Pemuda asli Desa Suntenjaya meyakini bahwa dirinya tidak akan beralih profesi.(jpnn)