Pikul Bayar
Oleh: Dahlan IskanBerhasil. Bisa sedikit berkeringat. Sejak itu, sejak arak-arakan masih di Jalan Wotgandul, saya putuskan untuk menarik tandu dengan lari kecil. Bukan jalan kaki.
Anggap saja ini Green Force Run sejauh lima kilometer seperti yang saya ikuti di Surabaya sebulan sebelumnya.
Di Jalan Wotgandul ini banyak kuliner. Masih disambung sampai ke Jalan Cemawis. Kopi Dharma yang legendaris itu ada di Jalan ini.
Kenapa arak-arakan ulang tahun kedatangan Cheng Ho dilakukan dari Kelenteng Besar Tay Kak Sie di Jalan Lombok ke Kelenteng Agung Sam Poo Kong?
Dua kelenteng itu punya hubungan khusus. Kelenteng Tay Kak Sie awalnya dibangun sebagai protes. warga Tionghoa Semarang marah atas putusan di zaman Belanda bahwa untuk masuk ke Sam Poo Kong harus membayar.
Maka mereka membangun kelenteng sendiri di Jalan Lombok. Dibuatlah dewa baru Cheng Ho. Didatangkan dari Tiongkok. Lebih 200 tahun lalu.
Ketika keadaan sudah berubah jadilah ada dua kelenteng yang sama-sama memuja dewa Cheng Ho. Mereka pun meyakini yang lebih ''sakti'' adalah kelenteng Sam Poo Kong.
Maka agar kesaktian dua kelenteng itu setara, dewa Cheng Ho yang di Jalan Lombok harus dibawa ke Sam Poo Kong. Setahun sekali. Istilah mereka untuk dilakukan ''charging spiritual'' di situ.