Pikul Bayar
Oleh: Dahlan IskanDi acara malam sebelum arak-arakan Harjanto, tampil sebagai salah satu pembicara. Dua lainnya Anda sudah tahu: Dr Novi Basuki yang selalu berkopiah dan anaknya Pak Iskan.
Yang membuat saya merasa kurang ''olahraga'' di arak-rakan Cheng Ho ini adalah: perjalanan sering berhenti. Barisan liong di depan sana sering berhenti untuk beraksi –memainkan liong mereka. Muter-muter. Naik turun. Seolah liong besar itu sedang menunjukkan kekuatan magisnya.
Soal liong ini Tiongkok punya putusan baru: ''liong'' tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi dragon.
Kesan yang muncul dari kata ''dragon'' adalah menakutkan.
Tiongkok ingin kata ''liong'' tidak perlu ada padanannya dalam bahasa Inggris. ''Liong'' dalam term aslinya tidak menakutkan. Tidak boleh ditakuti. Justru harus disembah dan dicintai.
Berarti kata ''liong'' juga tidak tepat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai ''naga''.
Mungkin seperti kata ''amuk'' dalam bahasa Jawa. Tidak dikenal dalam term bahasa Inggris. Maka ''amuk'' dalam bahasa Inggris menjadi ''amok''.
Agar bisa sekalian berolahraga maka saya putuskan: ketika liong lagi in action, saya tetap lari-lari kecil di tempat. Sambil dua tangan tetap memegang penarik tandu berisi abu kelenteng Tay Kak Sie.