Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Polisi Percuma

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Selasa, 07 Desember 2021 – 13:36 WIB
Polisi Percuma - JPNN.COM
Ilustrasi Polri. Foto: Ricardo/JPNN.com

Akhlak yang tidak terpuji bisa merantak ke mana-mana. Seorang kapolsek menggauli seorang perempuan yang bapaknya menjadi tersangka, dengan iming-iming tersangka akan dibebaskan dari tahanan polisi.

Beberapa orang anggota polisi menggauli seorang perempuan yang suaminya tengah ditahan karena kasus narkoba. Perempuan itu dirayu dan diberi janji suaminya akan dibebaskan dengan imbalan layanan seks. Ternyata janji itu tidak terbukti.

Kinerja polisi juga menjadi sorotan Presiden Jokowi. Kali ini soal polisi yang menghapus mural bergambar orang mirip Jokowi yang terjadi di beberapa daerah. Menurut Jokowi, polisi lebay dengan tindakan itu. Bagi Jokowi kritik melalui mural itu adalah hal kecil, karena Jokowi mengaku sudah terbiasa dikritik dan bahkan dicaci maki.

Operasi hapus mural itu terjadi berkali-kali di berbagai tempat dengan cara yang kurang lebih sama. Muncul mural dengan sosok mirip dengan Jokowi yang kemudian diunggah di media sosial. Tak perlu menunggu lama, dalam waktu singkat mural itu pun dihapus atau ditutup dengan cat warna hitam. Alasannya bermacam-macam, misalnya mural itu tidak berizin atau mengganggu estetika di ruang publik.

Jokowi mengatakan tidak yakin bahwa penghapusan itu adalah perintah kapolri. Jokowi juga tidak yakin operasi itu merupakan perintah kapolda atau kapolres. Jokowi pun mengatakan bahwa kapolsek yang harus menertibkan anggotanya yang melakukan operasi penghapusan itu.

Di kalangan mahasiswa dan aktivis demokrasi di masa Orde Baru beredar joke politik soal ‘’hirarki ketakutan’’. Dikisahkan bahwa mahasiswa takut kepada rektor, lalu rektor takut kepada menteri, kemudian menteri takut kepada presiden, selanjutnya presiden takut kepada istrinya. Joke masih dilanjutkan lagi, istri presiden takut kepada kecoak.

Di negeri otoriter Orde Baru hierarki ketakutan itu berlangsung secara otomatis, menjadi mekanisme yang berjalan sebagai prosedur tetap. Tidak perlu ada perintah tertulis atau lisan, mekanisme itu berjalan dengan sendirinya setiap saat.

Pengawasan melekat yang dilakukan oleh rezim otoriter benar-benar efektif, sehingga hierarki ketakutan berjalan sebagai sesuatu yang normal.

Pada kejadian lainnya polisi meminta ganti pungli dengan beberapa butir durian dari sopir yang melanggar aturan lalu lintas.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News