Ponikem Menenteng Senjata M1 Garand saat Ganyang Malaysia
‘’Juga latihan menyusup ke area musuh di kebun-kebun. Waktu itu Jakarta masih banyak kebun,’’ kenang warga Jalan Bali, Kota Madiun, Jatim, itu.
Usai pelatihan, Ponikem akhirnya diplot menjadi pasukan garis depan bersama 299 orang lainnya dengan kode Dwikora.
Perinciannya, satu peleton pasukan tempur, satu peleton pasukan terjun payung, dan satu peleton pasukan musik (drumband tentara).
Mereka pun lantas diberangkatkan menuju Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau, via kapal laut selama dua hari dua malam. Di sana Ponikem masih harus berlatih baris berbaris.
Juga ikut pasukan operasi bawah laut menggunakan kapal selam. ‘’Kami juga menyisir pantai dan hutan memantau kemungkinan musuh masuk,’’ ungkap perempuan 74 tahun itu.
Saat melakukan penyisiran, Ponikem dan pasukan lainnya menenteng M1 Garand, senjata laras panjang buatan Amerika yang populer di era Perang Dunia II.
Bertemu hewan liar pun seolah menjadi makanan sehari-hari. ‘’Kalau ingat zaman itu seperti nggak ada takutnya,’’ kata bungsu dari tujuh bersaudara itu.
Di luar misi militer, selama di Kepulauan Riau, Ponikem dan sukarelawati lainnya juga membangun jalan. Mereka membelah tebing beramai-ramai agar bisa dilewati.