Program CSA Terbukti Tingkatkan Produktivitas, Wakil Bupati Purworejo Apresiasi Kementan
"Untuk menyikapi perubahan iklim tak menentu, pelaku pertanian dituntut membuat pertanian agar lebih ramah lingkungan sekaligus berdapatasi dengan fenomena alam lainnya, sehingga produktivitas dan keragaman komoditi pertanian bisa dicapai," ujar Syahrul.
Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan tantangan pembangunan pertanian, climate change, degradasi lahan, saprodi terbatas, pupuk kimia mahal, produksi tidak efisien dan menurun.
“Masalah pangan adalah masalah yang sangat utama dan menentukan hidup matinya suatu bangsa. Oleh karena itu gencarkan olah tanah, olah tanam, dan manfaatkan lahan pekarangan, terutama pangan lokal. Semua harus mendukung Gerakan ketahanan pangan nasional,” ujar Dedi.
Dia menambahkan bahwa Program SIMURP utamanya ditujukan untuk membangun resiliensi ketangguhan pertanian Indonesia terhadap Climate Change.
Oleh karena itu, di dalam SIMURP disajikan berbagai inovasi teknologi yang betul-betul adaptif dan mitigatif terhadap perubahan iklim yang terjadi. Juga mampu beradaptasi dari cekaman biotik yaitu tahan hama penyakit, maupun abiotik yaitu kekeringan dan banjir serta intrusi air laut, jelas Kabadan Dedi lagi.
Wakil Bupati Purworejo Yuli Hastuti pada acara Farmer Field Day (FFD) Scalling Up teknologi CSA atau Hari Temu Lapang Petani di Desa Tegalrejo, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo, Rabu (30/8) menyampaikan bahwa pemerintah terus berupaya meningkatkan produktivitas pertanian.
Salah satunya melalui Program SIMURP, yakni modernisasi dan rehabilitasi jaringan irigasi yang mendesak dan penting.
Menurutnya, kegiatan FFD ini merupakan wadah bersama untuk saling berbagi pengalaman, pengetahuan, dan teknik terbaik dalam pertanian.