Prosesi Labuhan Merapi Dimulai dari Petilasan Mbah Marijan
Sebelum erupsi Merapi pada 2010, labuhan digelar di Pos II (Pos Rudal). Erupsi mengakibatkan jalur pendakian menuju pos tersebut rusak dan sulit dilalui. Sejak saat itu lokasi labuhan dipindah ke Bangsal Sri Manganti yang berjarak sekitar tiga kilometer dari petilasan Mbah Marijan di Kinahrejo.
Saat prosesi labuhan Merapi digelar, gunung aktif itu masih dalam status waspada. Lokasi labuhan di Bangsal Sri Manganti memang mendekati jarak aman berdasarkan rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Yakni tiga kilometer dari puncak. Kendati demikian prosesi labuhan tetap berjalan sesuai jadwal.
Tak satu pun peserta labuhan terusik informasi guguran lava Merapi. Sebagaimana yang ditunjukkan kamera CCTV pos pantau Merapi pada Jumat (5/4) pukul 18.00 hingga Sabtu (6/4) pukul 06.00. Telah terjadi 4 kali guguran lava dengan jarak luncur 400-950 meter ke arah hulu Sungai Gendol.
“Tak ada prosesi yang berbeda meski Merapi berstatus waspada,” ungkap Asih. “Kekhawatiran ada, tapi sedikit,” sambungnya.
Adapun rangkaian ritual labuhan Merapi diawali penyerahan uba rampe dari abdi dalem Keraton Ngayogyakarta kepada Camat Cangkringan Mustadi Sabtu (6/4). Lalu diteruskan kepada juru kunci Merapi. Selanjutnya uba rampe disemayamkan semalaman di petilasan Mbah Marijan.
Baru keesokan harinya, Minggu (7/4), dilabuh di lereng Merapi. Sebelum labuhan digelar acara budaya berupa pagelaran wayang kulit di Kinahrejo.
"Makna labuhan ini agar kita bersyukur kepada Sang Pencipta. Mohon kepada Allah supaya diberi kesehatan, keselamatan, dijauhkan dari bala," tuturnya.
Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta KRT Widyo Bayu Kusumo mengatakan, labuhan Merapi kali ini secara umum hampir sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Labuhan juga digelar di Gunung Lawu dan Pantai Parangkusumo.