Prosesi Labuhan Merapi Dimulai dari Petilasan Mbah Marijan
"Labuhan ini sebagai wujud syukur kepada Tuhan dan leluhur yang telah menjaga Gunung Merapi. Sehingga terjalin komunikasi dan harmonisasi," ucapnya.
Bukan hanya uba rampe labuhan yang ingin dimiliki banyak orang. Sesaji labuhan pun jadi incaran. Berupa ingkung, nasi gurih, jenang merah dan putih, serta kembang setaman. Sama halnya dengan uba rampe, sesaji itu dipercaya memiliki berkah.
Sudiyono, 57, warga Magelang, bahkan rela datang sejak pagi untuk ngalap berkah labuhan Merapi. Perjuangannya pun tidak sia-sia. Dia mendapatkan satu plastik kecil nasi gurih lengkap dengan suwiran ingkung, kembang setaman, dan sebatang rokok klembak menyan.
“Nanti ini akan saya simpan,” kata Sudiyono seraya menunjukkan barang yang dia dapat. “Ini bukan syirik,” tambahnya.
Kedatangannya adalah yang keempat kalinya di acara labuhan. Dia bahkan masih menyimpan nasi gurih yang didapatkan empat tahun yang lalu. Katanya, agar usahanya lancar dan anggota keluarga dijauhkan dari bencana.
Terlepas mitos sesaji labuhan, dia percaya Tuhan juga membantu segala usahanya. “Ya semua pasi ada hikmahnya,” ungkap petani sayur yang mengaku tak pernah gagal panen selama empat tahun terakhir ini.
Senada dirasakan Marten Bayu Aji. Pemuda 27 tahun asal Jepara itu baru pertama kali mengikuti prosesi labuhan. Dia juga berniat ngalap berkah. Rencananya, nasi yang dia dapatkan juga akan disimpan.
“Maunya saya pigura dan dipajang. Rencananya kala tahun depan ada kesempatan bakal ke sini lagi,” katanya. Sementara itu, Septi Widya Ariani berpendapat lain. Nasi gurih langsung dimakan.