Puasa Ramadan di Masa Covid-19, Momen Emas Membangun Karakter SDM Unggul
Oleh: Hasannudin WahidSelama Puasa, umat Muslim diperintahkan untuk lebih menyadari kehadiran Allah dalam kehidupannya dan berusaha menjadi lebih fokus serta lebih banyak beribadah dibandingkan bulan-bulan lain. Dengan demikian, melalui ibadah Puasa, umat Muslim berpeluang mengembangkan kehidupan spiritualnya dengan memperkuat hubungannya dengan Allah SWT.
Dimensi sosial yang luas
Selain mempertebal nilai keimanan dan ketaqwaan (kehidupan spiritual), Puasa juga memiliki dimensi sosial yang luas.
Sejarah pun mencatat, bahwa merupakan titik balik peradaban manusia. Setelah Nabi Muhammad SAW memperoleh pencerahan spiritual dalam peristiwa di Gua Hira, beliau mampu merombak tatanan sosial di masyarakatnya dan memberlakukan tatanan kehidupan sosial yang baru, yakni sistem kehidupan yang egaliter dan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.
Dengan demikian, Puasa adalah juga suatu peringatan sekaligus ajakan bagi seluruh umat manusia untuk bertobat dan berubah menjadi insan yang sempurna, yaitu insan yang egaliter, saling menghormati, dan menghargai, saling bekerja sama dan menjujung nilai kebenaran dan keadilan.
Puasa memiliki makna sosial yang dalam karena dalam puasa umat Muslim tak hanya menahan nafsu makan dan minum, tetapi juga diminta untuk menahan amarah, fitnah, dan kata-kata kasar.
Puasa adalah juga momen untuk mengasah kecerdasan emosional, terutama kesabaran. Sebab, selama 30 hari umat Muslim berlatih menahan hawa nafsu, mulai dari sabar menahan lapar, haus, dan emosi negatif.
Apabila seseorang berhasil belajar sabar, maka ia akan lebih tenang menjalani kehidupan dan lebih siap menjalin hubungan sosial serta bekerja sama dengan orang lain.