Pulkam Demi Mengenalkan Morotai Lewat Sentuhan Tangan
Sanggar Tigalu, yang merupakan akronim dari Tifa Galela Memanggil, baru didirikan September lalu. Adalah Bupati Pulau Morotai Benny Laos yang mendorong berdirinya sanggar ini. Benny yang melihat bakat Rais menawarinya membuat wadah yang nantinya bisa mendapatkan donor dari pemerintah.
”Akhirnya saya ajak 11 teman lainnya untuk membentuk sebuah perkumpulan yang dinamakan Sanggar Rupa Tigalu. Filosofi nama Tigalu ini didasarkan pada kegunaan tifa yang juga dapat digunakan untuk memanggil orang berkumpul. Jadi sanggar ini siap menerima siapa saja yang ingin datang belajar dan ingin berkarya sebagai seniman,” tuturnya.
Kenyataannya, dari 12 orang yang awalnya tergabung dalam sanggar, perlahan menyusut hingga tersisa empat orang. Selain Rais, ada Risman Kapitan Hitu, Iwan Suge, dan Arifin. Hal ini sempat memukul batin Rais. Namun dari situ pula dia tahu, siapa saja yang serius menekuni dunia seni.
”Yang berhenti itu karena tidak sabar. Tapi wajar saja jika mereka tidak sabar, karena memang sejak didirikan hingga kini sanggar ini belum memiliki pemasukan. Yang ada cuma pengeluaran,” kata suami Diana Can itu seraya tertawa.
Tak tanggung-tanggung, pengeluaran yang ada sudah mencapai angka Rp 10 juta. Kebanyakan digunakan untuk membeli perlengkapan membuat kerajinan.
“Ketika dapat uang, entah sumbangan atau ada yang beli lampu hias, tidak kita simpan. Langsung beli bahan seperti lem dan tempurung,” jelas Rais.
Alhasil, bapak dua anak ini berani mengatakan sanggar tersebut bertahan hanya bermodalkan sabar dan dukungan istri. ”Sebab istri-istri kami harus super pengertian. Setiap hari kerja tidak ada pemasukan, yang ada hanya pengeluaran,” kata Rais yang diamini rekannya Risman.
Risman menambahkan, keinginannya bergabung dengan Sanggar Tigalu murni untuk menjadi perupa. Mengukir berbagai bahan baku yang ada di Morotai untuk dijadikan kerajinan.