Ramalannya Jitu, Ingatkan Potensi Gempa Selat Sunda
’’Dari pengukuran itu, kita dapat memodelkan dimensi dan kekuatan sumber gempanya,’’ kata dia.
Berbulan-bulan Danny menelusuri pesisir pantai barat Sumatera hingga Pulau Simeulue yang berada sekitar 150 kilometer dari lepas pantai barat Aceh.
Mengukur ketinggian terumbu karang untuk mengetahui naik turunnya daratan atau pantai, memasang GPS di pantai atau perbukitan sekitar pantai, lalu melakukan analisis mendalam. Dari situlah diketahui bahwa terjadi gerakan-gerakan di dalam lapisan tanah.
Danny mengakui, gempa dahsyat di Aceh pada 2004 terbilang aneh. Sebab, zona subduksi Aceh-Andaman diklasifikasikan sebagai yang kurang berpotensi menghasilkan gempa raksasa dengan kekuatan di atas 9 skala Richter. Alasannya, umur lempeng yang menunjam sangat tua dan kecepatan gerak lempengnya relatif rendah.
Gerakan-gerakan lempeng bumi itulah yang dipetakan. Berdasar data gempa periode sebelumnya, bisa dibuat proyeksi kapan gempa berikutnya akan terjadi dan berapa besar potensi kekuatannya. Proyeksi yang dibuat bisa jangka pendek, menengah, atau panjang sehingga rentang waktunya bisa sampai beberapa tahun atau malah beberapa puluh tahun.
’’Tidak ada orang yang bisa memprediksi dengan tepat sekali kapan gempa datang, misalnya, tahun berapa, bulan apa, tanggal berapa. Kalau itu namanya dukun,’’ ucapnya, lantas tertawa.
Lalu, apakah tsunami seperti kejadian Aceh 2004 bisa terulang? Menurut Danny, gempa bumi adalah proses alam yang memiliki siklus. Pada masa lalu gempa bumi terjadi berulang-ulang, namun banyak yang belum tercatat dalam sejarah.
Periode ulang gempa bumi dapat diperkirakan dengan membagi besarnya pergerakan lempeng pada waktu gempa dengan laju penunjaman lempeng.